Dialog pagi

Nyatanya, aku masih tertinggal di umur 8 tahun. Metha kecil dulu, selalu terabaikan dan merasa tidak bisa mengekspresikan perasaannya. Banyak mereka yang tumbuh tanpa mengakui kesalahan dan menuju kehalaman selanjutnya. Tanpa sadar, mereka telah menciptakan karakter robot yang seperti itu sejak kecil. Ternyata perasaan-perasaan seperti ini hanya perlu pengakuan, memeluk lagi rasa tidak nyaman, penerimaan dan merawat luka. Dan rutinitas seperti itu yang aku coba mulai untuk mengenalkan pada diri sendiri.

Continue reading “Dialog pagi”

1- 1 Januari? #writingchallenge

Menyikapi yang sedang ramai tadi malam. Bahkan suara petasannya mengalahkan suara anak kucing tetangga yang baru lahir. Dalam Iman yang saya yakini, 1 Januari bukanlah tahun baru. Bukan momen untuk meniup terompet pesta kembang api dan bakar-bakaran. dengan kata lain, sebuah momen untuk menyaksikan detik-detik pergantian tahun. Namun, hanya perpindahan dari tahun sebelumnya ke tahun yang akan datang.

Bagaimana awal mula 1 Januari disebut sebagai tahun baru?

Continue reading “1- 1 Januari? #writingchallenge”

Ancaman Resesi untuk Negeriku

Oleh: Metha Anggun Bayesa

Akhir-akhir ini, resesi begitu banyak digaungkan para pengamat pemerintah. Hal itu cukup menyita perhatian bagi pemerintah. Istilah itu semakin menyebar ditelinga awam seperti saya dalam kondisi saat ini. Dimana covid-19 sudah berbulan-bulan hadir di negeri ini. Pasalnya, jauh sebelum pandemi, ekonomi Indonesia juga sudah jatuh, diambang krisis.

Continue reading “Ancaman Resesi untuk Negeriku”

Lawakan Satire, Ancaman?

Ada banyak cara dalam mengkritisi, salah satunya dengan lawak. Melawak adalah bagian dari usaha untuk menghibur seseorang untuk tertawa dan bahagia. Belakangan masih banyak orang-orang tidak peka dengan kehadiran pelawak yang kritis. Seolah-olah hanya untuk mencari sensasi dan menjatuhkan martabat seseorang, pejabat, dan sebuah sistem.

Munculnya pelawak kritis semata-mata karena kurangnya kepekaan rakyat dalam berbagai situasi. Mereka mencoba mencuri waktu hiburan kalian, ya dengan lawakan yang muncul disosial media. Dengan begitu, kalian tak hanya fokus pada yang sekedar lucu-lucu saja. Mereka tetap lucu, tapi ada pesan dibaliknya, untuk yang sadar saja.

Namun, kehadiran mereka justru dianggap ancaman bagi pemerintah. Bukankah setiap warga boleh mengkritisi yang nantinya sebagai refleksi diri. Kalau tidak ada para pengkritik, kita tidak tahu mana yang salah mana yang benar. Semua dianggap sama benarnya, semua dianggap setuju.

Sudah hukum alam bukan? menjadi atasan berarti harus siap dengan para kritisan. menjadi yang berkuasa berarti harus siap dengan para saran. Sama halnya menjadi artis atau famous berarti harus siap dengan para netizen. Kritis bukan sekedar kritis, tapi yang lebih berbobot yang layak dijadikan sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan. Sisanya, sandarkan penilaian hanya pada Allah. Tugas kita hanya memberi saran, kritik dan masukkan.

Tulisan ini saya angkat ketika saya melihat salah satu komika indonesia yang dikecam setelah berani speak up dengan beberapa kejanggalan pada satu case. Padahal, ia berbicara sebagai komika bukan sebagai lawyer ataupun saksi. Miris, ketika lawakan satire justru lebih mengancam. Mereka jutru terlalu menganggap serius si komika, tidak seserius ketika menangani kasus yang sebenarnya.

Untuk kedepannya, semoga tidak ada lagi perubahan paradigma dari masyarakat awan yang notabene menjadi cikal bakal pengkritik. Setiap diri butuh kritik, sebagai bahan refleksi diri atau bahan pembanding untuk dikehidupan selanjutnya.

Ketika Mall lebih rame daripada Masjid

Selama pandemi, memang sudah banyak pertokoan, perbisnisan, dan area jual-beli yang tutup. Hal itu untuk mendukung pembatasan dalam penyebaran corona virus.

Minggu lalu, saya melihat berita bahwa salah satu Mall sedang dikerubumi para calon buyer, yang mengakusisi diri untuk memanjakan dalam kebutuhan berbelanjanya. Mall sudah dibuka? lalu mengapa masjid belum juga? Sekedar belanja baju bukanlah kegiatan urgent saya kira. Bisa jadi, menjadi kegiatan penyebaran yang pasif saat ini. Dimana, semua aktifitas ritual keagamaan dan transportasi sudah mulai satu-persatu ditutup, malah ada yang menjadi salah satu pemicu. Lalu menyusul opini sebagai tameng untuk membantu perekonomian warga.

Terlalu lugu atau lucukah rakyat?

Disaat semua warga medis mati-matian menutup pintu jalan keluarnya corona, namun disisi lainya malah membuka gerbang mereka. Please, saat ini tolong tekan keinginan yang tidak urgent. Masih ada ke-urgent-an yang lain yang lebih diprioritaskan, misalnya kurangnya APD dan langkanya masker. Kalau mau, adil untuk semua kegiatan. Mall buka, yang lain juga beroperasi. Masjid tutup, yang lain dikurangi aktivitasnya. Kalau dipikir-pikir, kapan terakhir kali mendengar adzan yang menyuruh kita untuk berjama’ah lagi.

Ada banyak dari mereka yang rindu aktivitas bersama, bukan kalian saja, para pembeli mendadak . Bukan semata-mata karena mau lebaran, butuh baju baru lantas kalian membolehkan diri untuk berburu baju dikeramaian.

Disaat-saat seperti ini, kita dituntut lebih bijak dalam mengkondisikan segala hal. Menjadi ego boleh, tapi tetap dalam rutenya, jangan ajak-ajak orang lain untuk bergabung dalam ego kalian. Saya rasa, pandemi belum bisa mendewasakan diri kalian dalam memilih keputusan yang bijak. Justru tampak lebih meremehkan keadaan.

Menjelang sore, 6 Juni 2020

Insomnia: Kebiasaan atau Penyakit?

asian man in bed suffering insomnia and sleep disorder thinking about his problem at night

Assalamualaikum Shalihah!

Beberapa hari terakhir ini saya lagi gak bisa tidur. Yang kata orang orang itu Insomnia. Karena jarak kosan ke tempat kerja itu lumayan jauh. Jadi, ketika pulang malah goler goler istirahat dulu baru bersih bersih. Selesainya baru jam 12. Rutinitas malam ya seperti itu. Walhasil, terciptalah mata panda. Bangun paginya juga suka pusing jadinya.

Continue reading “Insomnia: Kebiasaan atau Penyakit?”

Introvert and Extrovert: Perlukah Social Distancing?

Assalamu’alaykum, Shalih/ah!

Well, Virus corona yang awal mulanya ditemukan di Wuhan pada tanggal 31 Desember 2019 menyebar sangat cepat di Indonesia. Secara resmi, Virus ini pun sudah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO, sebuah organisasi kesehatan dunia, salah satu badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss. Tapi, ngomong-ngomong, Kalian tahu gak apa itu pandemi?

Continue reading “Introvert and Extrovert: Perlukah Social Distancing?”

Keutamaan Puasa Ayyimul Bidh : Jadwal 2020

Assalamu’alaykum, Shalihah!

Apa kabar?

Kali ini aku mau share tentang keutamaan berpuasa. Puasa adalah salah satu amalan yang mengajarkan umat Islam untuk bisa menjadi insan yang bertakwa.

Puasa mengajarkan kita untuk lebih bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan. Karena kadangkala, kita terlalu membandingkan kehidupan dengan orang lain dan inilah yang sering membuat kita tidak bersyukur. Puasa juga mengajarkan kita untuk merasakan apa yang orang tidak punya rasakan.

Continue reading “Keutamaan Puasa Ayyimul Bidh : Jadwal 2020”